EVENT / PROMO
News
View AllCARA MEMILIH LIQUID VAPE
Penggunaan liquid vape sudah marak di kalangan kaum milenial sebagai pengganti rokok. Aroma dan rasa yang enak juga menjadi daya tarik tersendiri. Setelah Anda mengetahui hal penting mengenai penggunaan liquid vape, kami akan memberikan tips memilih liquid vape yang enak. Selain kadar nikotin serta base rasanya, perhatikan juga poin penting lainnya, ya.
1. Ketahui tipe liquid vape berdasarkan kadar nikotinnya
Ada setidaknya tiga jenis liquid vape yang beredar di pasaran sebagai berikut:
Saltnic atau salt nicotine adalah liquid vape dengan kadar nikotin lebih dari 12 mg dan uapnya lebih sedikit. Nikotinnya pun lebih cepat diserap tubuh. Jika Anda pemula yang baru beralih dari rokok ke vape, cobalah jenis salt nicotine.
Freebase adalah liquid vape yang rendah nikotin (3–9 mg) atau tanpa nikotin (0 mg). Freebase rendah nikotin atau tanpa nikotin cocok untuk para pemula atau Anda yang hanya ingin menikmati rasa. Untuk freebase tanpa nikotin, tentu Anda tidak akan mendapatkan efek nikotinnya.
Pods friendly adalah liquid yang menggabungkan jenis saltnic dan freebase. Pods friendly memiliki bahan dasar yang sama dengan freebase, tetapi memiliki kadar nikotin lebih tinggi. Jika dibandingkan saltnic, pods friendly memiliki throat hit yang lebih tinggi. Selain itu, karena kadar nikotin lebih sedikit dan lebih lambat diserap tubuh, pods friendly bisa dinikmati lebih sering.
Lihat ranking produk
2. Sesuaikan liquid dengan alat vape yang Anda gunakan
Komponen utama sebuah liquid vape adalah gliserol. Ada dua jenis gliserol yang digunakan, yaitu polypropylene glycol (PG) dan vegetable glycerin (VG). Liquid vape dengan PG yang tinggi akan menghasilkan rasa yang lebih "nendang", tetapi uapnya lebih sedikit. Sebaliknya, liquid vape dengan rasio VG yang lebih tinggi akan lebih ngebul, tetapi rasanya tidak terlalu pekat.
Viskositas PG lebih rendah dibandingkan VG. Jadi, liquid vape dengan rasio PG lebih tinggi akan lebih cair. Oleh karena itu, sesuaikanlah rasio PG dan VG dari liquid vape dengan alat vape Anda.
Rasio PG sebesar 70% lebih cocok untuk jenis atomizer vape. Anda akan mendapatkan rasa liquid yang lebih mantap dengan rasio ini, tetapi uapnya lebih sedikit. Liquid vape ini sangat cocok digunakan di tempat umum karena tidak terlalu mengganggu.
Rasio 50 : 50 pas untuk berbagai alat vape, seperti rebuildable driping atomizer dan pods. Rasio PG dan VG ini juga cocok untuk Anda yang baru mencoba vape. Uap dan rasa yang dihasilkan lebih pas.
Rasio VG yang lebih besar lebih cocok untuk pods, AIO, atau alat vape yang high voltage. Alat vape yang high voltage memang bertujuan untuk menghasilkan lebih banyak uap. Kami sarankan Anda menghindari liquid vape dengan VG terlalu tinggi saat berada di tempat umum. Uapnya yang ngebul dapat mengganggu orang lain.
Lihat ranking produk
3. Perhatikan kandungan nikotin di dalamnya
Nikotin tergolong dalam zat aditif dan menjadi bahan penting dalam sebotol liquid. Umumnya liquid vape dijual dengan kandungan nikotin 3 mg, 6 mg, dan 9 mg.
Kandungan nikotin 3 mg cocok untuk Anda biasanya mengisap satu sampai dua batang rokok per hari. Rasa liquid vape-nya masih cukup terasa dan tidak terlalu gatal di tenggorokan.
Kandungan nikotin 6 mg cocok untuk perokok yang merokok kurang dari sepuluh batang per hari. Kandungan nikotin 6 mg cukup memberikan kick di tenggorokan Anda.
Kandungan nikotin 9 mg ke atas pas digunakan oleh Anda yang merokok lebih dari sepuluh batang per hari. Liquid vape yang memiliki kandungan nikotin lebih tinggi akan terasa lebih getir. Rasa dan aroma khas liquid vape-nya juga makin tipis.
Namun, tidak semua liquid vape mencantumkan kandungan nikotin di dalamnya. Anda bisa mencari tahu terlebih dahulu dengan menonton review dari para vaper, ya.
4. Lebih aman memilih liquid vape legal dengan pita cukai
Salah satu hal penting dalam memilih liquid adalah untuk memilih liquid yang sudah memiliki pita cukai. Liquid yang sudah memiliki pita cukai berarti telah disahkan oleh negara. Anda juga akan merasa lebih aman memilih liquid tersebut karena sudah disahkan oleh produsennya.
Apakah Anda sudah pernah mendengar bahwa ada liquid vape yang dicampurkan dengan narkoba? Oleh karena itu, pilihlah liquid yang sudah berpita cukai karena sudah pasti asli dan bebas dari narkoba.
Namun, beberapa produk liquid vape tanpa kandungan nikotin memang tidak berpita cukai. Untuk memastikan kualitasnya, cek apakah liquid non-nicotine tersebut sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Bea dan Cukai serta sudah lulus uji BPOM.
5. Lihat ulasan konsumen untuk mengetahui rasa dan aromanya
Anda bisa langsung mencoba liquid vape di toko offline untuk menentukan liquid vape yang sesuai selera. Jangan lupa juga untuk berani mencoba rasa-rasa baru, ya. Namun, membeli liquid vape di e-commerce terasa lebih sulit karena Anda tidak bisa mencoba rasanya. Maka dari itu, kami sarankan Anda melihat review liquid vape dari para vapers.
Tiap orang pasti merasakan sensasi yang berbeda-beda dari sebotol liquid vape tergantung pada device-nya. Bacalah atau tontonlah beberapa review agar Anda bisa mendapatkan gambaran tentang rasa dan aromanya.
Solusi lainnya adalah mencoba liquid vape dari teman Anda. Jika teman Anda memiliki liquid vape incaran Anda, cobalah sedikit untuk mengetahui rasa serta aromanya. Tentunya Anda harus menggunakan pod atau mod sendiri, ya. Hindari menggunakan vapor orang lain agar lebih higienis.
PERKEMBANGAN VAPE DI INDONESIA, KETAHUI SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA
ape memiliki nama lain yakni rokok elektrik. Tapi tahukah kamu jika vape sangat berbeda dengan rokok konvensional? Mari kita bahas secara detail pada artikel tentang perkembangan vape di Indonesia.
Tujuan utama dibuatnya vape agar dapat membantu para perokok konvensional berhenti dari kebiasaan merokok, dengan bantuan alat yang saat ini kamu kenal dengan nama vape.
Bagaimana sejarah perkembangan vape di Indonesia? Simak pembahasan selanjutnya, ya!
SEJARAH PERKEMBANGAN VAPE DI INDONESIA
Mengutip dari Consumer Advocates for Smoke Free Alternative, vape atau rokok elektrik ini sudah ada sejak tahun 1930. Bukti yang dapat menunjukkan adanya vape pada tahun itu, adalah adanya dokumen yang berisikan hak paten rokok elektrik, dan diberikan pada Joseph Robinson.
Kemudian di tahun 1960an, muncul pencipta pertama perangkat yang disebut mirip dengan rokok elektronik, yaitu Herbert A. Gilbert. Setelah itu, Gilbert mendapatkan hak paten atas rokok elektrik.
Namun rokok elektrik tersebut gagal dikomersialkan, hingga pada akhirnya di tahun 1979-1980 an vape dipopulerkan oleh Phil Ray, yang bekerja sama dengan ahli fisika Norman Jacobson.
Phil Ray dan Norman Jacobson bekerja sama melakukan riset untuk membuat alat penghantar nikotin, namun saat itu terjadi kesalahan dimana proses risetnya tidak dapat berlanjut. Hal yang menarik, adalah keduanya dapat membuat kata vape menjadi populer dikenal hingga saat ini.
Pada tahun 2003, perangkat tersebut disempurnakan kembali oleh Hon Lik, seorang farmasi dan perokok. Hon Lik membuat dan menyempurnakan alat tersebut dikarenakan, ayahnya meninggal dunia akibat kanker paru-paru.
Jadi Hon Lik dan ayahnya adalah seorang perokok berat. Hingga setelah itu, perusahaan tempat Lik bekerja, yaitu Golden Dragon Holding mengembangkan perangkat alat tersebut. Kemudian mengganti namanya menjadi Ruyan, yang berarti seperti rokok.
Alasan lain Hon Lik membuat dan menyempurnakan alat tersebut dikarenakan, beliau mengetahui manfaat nikotin pada tubuh manusia. Sehingga Hon Lik membuat dan memproduksi secara massal rokok bernikotin dengan menggunakan teknik vaping.
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, vape mulai masuk di Indonesia di tahun 2012. Hal tersebut disebabkan, banyaknya masyarakat Indonesia yang pergi keluar negeri, kemudian kembali pulang ke Indonesia membawa vape.
Sehingga mereka yang membawa vape ke Indonesia mengenalkan alat tersebut ke daerahnya masing-masing. Akibatnya, semakin banyak orang yang tertarik dan beralih, dari yang mulanya seorang perokok konvensional, menjadi pengguna vape.
Vape dikenal memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional, sehingga adanya kabar ini dapat tersebar dengan cepat, dan membuat booming.
Hal ini membuat permintaan vape yang ada di pasar menjadi meningkat. Karena semakin banyak pengguna rokok konvensional yang ingin beralih menggunakan vape. Namun, pada tahun 2014 merupakan masa suram bagi industri vape Indonesia.
Jatuh Bangun Perkembangan Vape di Indonesia
Masa suram vape di Indonesia disebabkan karena adanya isu negatif yang menyebar. Namun isu negatif tersebut tidak terbukti, sehingga vape masih tetap digunakan dan terus dikembangkan.
Meskipun di tahun 2014 industri vape mengalami masa suram, namun pada tahun 2015 merupakan tahun yang baik bagi industri tersebut. Kebangkitan mulai dirasakan, karena ketika itu vape berada di masa kejayaan, sehingga membuat penggunanya semakin bertambah.
Hingga saat ini pengguna vape semakin banyak, bahkan terdapat komunitas pecinta vape. Biasanya komunitas pecinta vape tersebut berkumpul untuk membahas terkait vape, liquid, atau bahkan trik yang dapat digunakan ketika sedang menikmati vaping.
Meskipun sejak awal vape masuk hingga mengalami masa suram, bahkan kejayaan vape bangkit kembali di tahun 2015, namun dari tahun 2012 hingga 2017, vape belum mendapatkan status legal dari Pemerintah Indonesia.
Perkembangan vape di Indonesia pada tahun 2018, vape secara resmi dianggap legal oleh Pemerintah. Hal tersebut membuat para pengguna vape diharuskan untuk membayar pajak ke negara melalui cukai hasil tembakau.
Pajak cukai hasil tembakau tersebut terdapat pada liquid vape yang kamu gunakan. Menurut PMK 146/PMK.010/2017, mengenai Tarif Cukai Hasil Tembakau, maka HPTL atau liquid vape terkena tarif cukai sejumlah 57%. Tarif tersebut mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Juni 2018.
Hal tersebut mengakibatkan, seluruh produsen liquid diwajibkan untuk menempelkan pita cukai yang terdapat di kemasan liquid. Sehingga terhindar dari adanya produk liquid yang ilegal.
Tidak hanya liquid, namun device atau alat vape yang ilegal dapat berpotensi untuk disalahgunakan, bahkan bukan tidak mungkin jika didalamnya terkandung kandungan zat bahaya yang bukan standarnya. Contohnya seperti zat psikotropika, dan narkotika.
Hal ini pernah terjadi ketika vape sudah berstatus legal. Terjadinya kasus seperti ini menimbulkan keresahan bagi para pengguna vape, pengusaha vape, bahkan orang awam.
Permasalahan tersebut ditangani dengan tanggap oleh pemerintah dan asosiasi vape di Indonesia, untuk mengembalikan image yang baik bagi masyarakat. Salah satu hal yang dilakukan, di tahun 2019 para pecinta vape mengadakan acara diskusi yang bertajuk Indonesia Vaper Movement 2019.
Ajang diskusi ini dibuat untuk menanggapi dan meluruskan kabar miring terkait vape. Namun permasalahan tidak sampai disini saja, karena ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia atau dikenal dengan nama AKVINDO mengingatkan SNI pada keamanan produk HPTL.
Hal tersebut bertujuan agar para pengguna dapat menikmati barang yang sesuai, antara kualitas dengan harganya. Menurut studi dari University of Queensland yang berada di Australia menjelaskan, bahwa 50% vape lebih efektif membantu perokok lepas dari kecanduan merokok.
Kemajuan zaman dapat berpengaruh pada mengembangnya inovasi industri vape. Hingga para pengusaha vape dapat memenuhi kebutuhan pengguna yang berkaitan dengan aspek kenyamanan serta keamanan.
Salah satu contohnya yaitu, hadirnya vape dengan sistem tertutup atau closed system. Closed system ini menyatukan coil, liquid, dan cartridge menjadi satu dan tidak dapat dilepas oleh konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat ini lebih sederhana untuk digunakan.
Jadi produk closed system ini terdiri dari cartridge sekali pakai dan baterainya. Berbeda dengan vape sistem terbuka yang liquid dan cartridge ada secara terpisah.
Closed system dan open system ini terdapat dalam Pod, yaitu vape yang berbentuk kecil, dan perawatannya jauh lebih mudah.
Penggunaan Pod ataupun vape lainnya tidak dapat digunakan jika kamu tidak menggunakan liquid. Kehadiran liquid saat ini dapat menambah daya tarik konsumen, karena rasa yang ditawarkan sangat beragam.
Salah satu produsen liquid yang memiliki beraneka ragam liquid, yaitu Indonesia Dream Juice. Kami memiliki berbagai pilihan liquid terbaik, karena seluruh produk memiliki kualitas yang premium.
Liquid fruity dan creamy yang kami miliki tidak dapat kamu temukan di produk lainnya. Hal tersebut dikarenakan, banyaknya varian liquid kami yang dapat kamu rasakan.
Ingin merasakan sensasi manis dari perpaduan kue, susu, dan buah-buahan, atau ingin merasakan sensasi kesegaran, bahkan rasa kopi yang tentu berbeda dari yang lainnya dapat kamu temukan di Indonesia Dream Juice.
Lebih mengasyikkan jika mengetahui perkembangan vape di Indonesia sembari vaping menggunakan liquid Indonesia Dream Juice! Kunjungi laman kami untuk informasi liquid selengkapnya, dan untuk pemesanan.
INDONESIA JADI NEGARA PENGGUNA VAPE TERBANYAK DI DUNIA, KALAHKAN NEGARA-NEGARA EROPA HINGGA AS
Laporan perusahaan data pasar dan konsumen, Statista, bertajuk Statista Consumer Insights menunjukkan, Indonesia merupakan negara pengguna rokok elektrik alias vape terbanyak di dunia. Tercatat, 25% responden asal Indonesia mengatakan menggunakan rokok elektrik berbentuk pena tersebut setidaknya sesekali.
“Di Indonesia, sebanyak 1 dari 4 orang yang disurvei oleh Statista Consumer Insights mengatakan pernah menggunakan vape setidaknya sesekali,” kata Statista dikutip dari lamannya, Rabu (31/5/2023).
Sementara di Eropa, laporan Statista menunjukkan bahwa vape cukup populer di Swiss (15% responden) dan Inggris (13%). Penggunaan vape di Amerika Serikat dan Kanada juga cukup populer meski berada di bawah Indonesia seperti grafik di atas.
Di sisi lain, laporan Statista menunjukkan bahwa vape kurang populer di Brasil, di mana hanya 6% responden mengatakan bahwa mereka menggunakan vape setidaknya sesekali. Bahkan, lebih sedikit lagi di Maroko dengan hanya 2% responden menjawab hal yang sama.
Survei itu dilakukan secara online terhadap sekitar 1.000-9.500 responden berusia 18-64 tahun dari sejumlah negara, termasuk Indonesia. Survei dilakukan pada periode Januari-Maret 2023.
Adapun vape semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan munculnya merek-merek baru seperti Elf Bar.
Menurut Statista, vape umumnya dianggap kurang berbahaya daripada merokok dengan tembakau dan sering digunakan sebagai alat untuk membantu berhenti merokok. Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apa dampak jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik bisa atau dampak dari paparan mereka.
“Rokok elektrik sekali pakai juga menuai kritik karena menargetkan konsumen muda melalui kampanye pemasaran mereka dan membujuk mereka untuk merokok. Meskipun vape tidak membakar tembakau, seringkali masih mengandung nikotin, yang sangat membuat ketagihan,” kata Statista.
PENGGUNA VAPE DI INDONESIA TERUS MENINGKAT
Jakarta - Kenaikan pengguna vape atau rokok elektrik dilaporkan terus meningkat di Indonesia. Kenaikannya mencapai 100 persen jika dibandingkan dengan 2011, yang 'hanya' 0,3 persen. Sementara di 2018, prevalensinya berada di angka 10,9 persen.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Agus Dwi Susanto merinci lebih lanjut, pengguna vape dalam usia 15 tahun ke atas juga meningkat dalam 10 tahun terakhir.
Bahkan, mengutip survei perusahaan data pasar dan konsumen Statista Consumer Insights periode Januari hingga Maret 2023, 25 persen masyarakat Indonesia pernah setidaknya menggunakan rokok elektronik satu kali.
"Ini angkanya lebih tinggi dari Swiss 16 persen, Amerika Serikat 15 persen, Inggris 13 persen," sorotnya dalam webinar daring seperti dikutip dari detikHealth, Selasa (9/1/2024).
Bukti pengguna vapers di Indonesia relatif tinggi juga didukung oleh laporan GATS 2021. Prof Agus menjelaskan 55,7 persen masyarakat Indonesia terpapar informasi rokok elektronik. Sebanyak 11,9 persen di antaranya pernah menggunakan vape, sementara 3 persen sisanya masih aktif memakai vape.
Kebanyakan dari mereka menggunakan vape disebut Prof Agus dilatarbelakangi empat hal. Pertama, menganggap kadar nikotin lebih rendah dari rokok konvensional. Ada 719 dari 937 subjek atau sekitar 76,7 persen dalam riset survey di 2021 memiliki anggapan tersebut.
Kedua, mereka memilih menggunakan vape dengan alasan banyak varian rasa. Adapula yang memakainya karena tertarik dengan trik asap. Sisanya, ikut-ikutan alias hanya berjalan dengan tren.
Baca artikel detikjabar, "Pengguna Vape di Indonesia Terus Meningkat, Ini 4 Penyebabnya" selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-7132170/pengguna-vape-di-indonesia-terus-meningkat-ini-4-penyebabnya.
